Review Buku Filosofi Teras
Pada tahun 2022, saya direkomendasikan buku filosofi teras oleh teman saya. Katanya, buku ini berefek positif bagi dia , salah satunya membantu dia untuk tidak overthinking masalah-masalah yang berada di luar kontrol. Oleh karena itu, dari Oktober 2022, saya mulai membaca buku ini sedikit demi sedikit.
Filosofi teras — atau stoikisme — adalah sebuah filosofi yang mengajarkan kita untuk hidup bahagia di situasi apapun. Filosofi ini mengajarkan kita untuk tidak lebay atau melebih-lebihkan suatu masalah karena masalah tersebut datang dari persepsi kita terhadap suatu kejadian.
Buku yang ditulis oleh Henry Manampiring ini mengajarkan tentang apa itu stoikisme dan bagaimana cara menerapkannya di dunia modern. Menurut saya buku ini memiliki nilai nilai kebajikan untuk hidup yang tenang di situasi se-chaos apapun yang saya rasa semakin penting di jaman sekarang.
Buku ini cocok banget dibaca untuk orang-orang yang kebanyakan mikir. Teman saya yang dulu rekomendasi saya untuk membaca buku ini juga mengaku awalnya overthinking, namun setelah membaca buku ini jadi jauh lebih tenang hidupnya. Sayapun juga begitu. Walaupun memang dari awal saya tipe orang yang cuek, jadinya poin utama yang teman saya ambil — jangan overthinking — berbeda dari poin utama yang saya ambil.
Lantas poin utama apa yang saya ambil? Poin utama dari buku ini yang ngena bagi saya adalah untuk berfokus ke solusi, bukan berfokus masalah. Buku ini memberikan contoh sebagai berikut:
Bayangkan anda sedang berjalan dengan teman anda, dan anda menginjak kotoran kucing. Tindakan apa yang pertama anda lakukan?
Mungkin beberapa dari anda akan komplain ke teman anda seharian, atau bertanya-tanya apa yang salah pada hari itu sampai anda ga hoki amat. Filosofi teras mengajarkan kita untuk pertama, tidak menjadikan masalah yang kecil (menginjak kotoran) menjadi suatu masalah yang besar (fikiran negatif dan stres). Tapi kita juga tidak boleh pasrah misalnya ada hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki situasi tersebut, dalam kasus ini, kita sebaiknya lekas mencari cara membersihkan kotoran dari alas kaki.
Kalau saya saat terkena kotoran itu tidak komplain, tapi bisa jadi badmood. Begitu juga ketika ada masalah sama temen. Pikiran langsung pusing. Padahal fokus aja ke bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Gak usah ribet.
Ada beberapa poin yang awalnya saya tidak setujui pun pada akhirnya setelah saya praktikkan ternyata memberikan efek positif bagi saya. Salah satunya adalah premeditato malorum atau sederhananya expect the worst.
Awalnya saya tidak setuju dengan konsep “expect the worst” ini karena malah membuat saya down. Tapi setelah dipraktikkan, saya jadi merasa lebih bersyukur terhadap aksi-aksi kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang disekitar saya. Bisa jadi lebih bersyukur karena ketika orang berbuat kebaikan dan kita tidak expect kebaikan, kebaikan tersebut akan jadi lebih bermakna dan kita jadi lebih bersyukur. Selain bersyukur, saya juga jadi lebih siap ketika sesuatu yang buruk itu terjadi, jadinya tidak bingung saat itu terjadi.
Tapi ada juga beberapa poin dimana saya tidak setuju. Salah satu hal yang saya kurang klik dengan buku ini adalah penekanan bahwa emosi marah atau sedih itu adalah perasaan yang seharusnya kita hindari. Menurut saya, rasa amarah dan sedih merupakan bagian penting dari emosi manusia dan tidak perlu dicoba untuk dihindari. Yang penting adalah cara menyikapinya supaya tidak berlebihan dan merugikan kita di kedepannya.
Konklusi
Filosofi teras adalah buku yang menarik yang mengajarkan orang tentang bagaimana cara menyikapi suatu masalah. Buku ini mengajarkan bahwa cara kita menyikapi masalah adalah yang terpenting, bukan masalahnya itu sendiri. Buku ini saya rekomendasikan bagi orang-orang yang merasa kesulitan dalam mengontrol emosinya.
4/5 — Good Read
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang ada di bawah kendali kita. Dengan kata lain, kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari dalam. Sebaliknya, kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan dan kedamaian sejati kepada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
- Henry Manampiring — Filosofi Teras